

Dimalam hari yang cerah, saya mengeluarkan motor bututku untuk menuyusul teman yang lagi happy part di mall Panakkukang. Saya pun melajukan motorku yang butut itu dengan memakai baju lengan pendek sambil sms diatas motor. Tak terasa karena sms itu, saya pun sampai ketujuan dan bersenang – senang bersama teman – teman selama 2 jam. Namun sebelum itu kami menunggu sampai pukul 17.40 untuk masuk room karena roomnya sedang penuh.
Lantunan lagu yang meributi room – room yang ada. Tak lama kemudian berselang lagu yang kami nyanyikan bersama teman, waktu kami pun habis dan keluar dari room. Diluar room kembali menunggu teman yang entah lagi buat apa sehingga saya dan beberapa teman lain menunggu yang cukup lama. Sambil menunggu saya memperhatikan orang – orang yang ada disekita denga aya yang berbeda – beda. Gaya mereka sangat keren – keren, penampilan mereka pu sangat indah. Haha haruska mereka berpenampilan yang seperti itu apabila jalan ke Mall ? “tanyaku dalam hati”.
Saya pun terus berjalan disekitar tempat kami menunggu, saya memperhatikan gaya demi gaya orang – orang yang ada. Kadang saya membandingkan dengan gayaku sendiri yang sangat – sangat sederhana, memakai celana jeans yang sukup kusam, baju kaos juga kusam dan dilapisi baju kemeja yang tidak saya kancing. Mungkin karena ketidak sukaanku dengan penampilan yang kelewatan sehingga penampilan yang saya saksikan saya bandingkan dengan diriku sendir.
Beberapa menit kemudian teman yang kami tunggu pun muncul dari room dan kami pun berjalan untuk pulang. Setelah sampai dilantai dasar, kami pisah karena tempat kami parkir motor beda. Saya langsung menuju tempat dimana motor bututku itu saya parkir, saya kaget setelah sampai ditempat parkir. Kaget karena motorku yang saya parkir hilang ditempatnya, walaupun butut saya tetap sayang dengan motor itu karena motor itulah yang mengantar saya kemana-mana. Tak lama kemudian saya melihat keberadaan motorku dan saya pun mendekat dan mengambil helm terus memakainya. Karena motor saya ditengah dan tidak bisa keluar, saya menunggu tukang parkir untuk mengeluarkan motorku sambil sesekali memerhatikan kondisi orang-orang dijalan.
Bapak tukang parkir masih tetap sibuk dengan motor – motor yang terparkir, karena sangat banyak orang yang parkir ditempat tersebut. Dari jauh kulihat sesok wajah yang kusam dan keriput berjalan dipinggiran jalan. Semakin dekat dia denganku, saya lihat ada orang yang memberikan orang itu uang dan dia sangat bersyukur dengan pemberian orang itu. Saya pun mendekat dengan orang itu dan menyuruh bapat tukang parkir untuk mengeluarkan motorku. Bersegeralah tukang parkir itu untuk mengeluarkan motorku dan berhenti di pas disamping sang nenek. Saya pun membayar parkir dengan selembar uang 10.000 rupiah, tukang parkir mengembalikan saya 8.000, saya langsung sisipkan 5.000 untuk uang bensin dan memagang uang 3.000. tak kusangka sang nenek mendekatiku dan meminta kepadaku.
Saya tak tau, mataku serasa berair dan tanganku pun serasa bergerak langsung untuk menyodorkan uang yang saya pegang sisa dari uang parkir dan uang bensin yang sudah saya sisipkan. Sang nenek sangat bersukur dan langsung mendoakan saya setelah uang itu ada ditangannya. Saya tak menyangka kalau nenek itu adalah seorang pengemis, saya mengira kalau orang itu hanya sebatas berjalan dan mendapat kasihan dari bapak yang memberikan uang sebelumnya. Tapi ternyata sang nenek adalah pengemis, nenek mencari kehidupan dengan mengemi. Dia sudah sangat tua, membawa tongkat dan berjalan terus menerus.
Saya pun menjalankan motorku yang butut itu, sambil memikirkan sang nenek. Betapa sulitnya kehidupan di dunia ini, seandainya saya mempunyai rumah, saya akan mengambil nenek itu untuk tinggal dirumahku. Namun sayang orang tuaku pun tak punya rumah, apalagi saya. “ucapku dalam hati”. Saya terus melajukan motor yang saya kendarai dan terus memikirkan nenek itu, wajahnya tak lepas dari fikiranku. Saya kembali bertanya pada diriku sendiri “saya tidak percaya kalau nenek itu tidak punya keluarga sama sekali, saya yakin dia mempunyai keluarga yang masih hidup walaupun Cuma 1 orang, tapi mana mereka?”.
Sang nenek atau pengemis lainnya tidak pernah mengatakan kalau dunia itu nikmat, mereka hanya terus berjalan dengan kesusahan yang mereka bawa dan terus mengatakan kalau dunia itu tidak ada kenikmatannya sama sekali. Mereka hanya bisa terus berjalan danmencari kehidupan dijalan dan tidak merasakan nikmatnya mempunyai rumah seperti kita semua.
Saya sudah merasakan susahnya kehidupan, dan pasti nenek itu lebih susah. Ya Allah, kira – kira dimana nenek itu tidur? “ujarku kepada Allah dengan nada yang cukup kecil dan tujuan mengadu”. Saya terus memikirkan sang nenek yang entah tak pasti kehidupannya. Saya sangat terharu, semakin jauh saya melaju menjalankan motorku yang butut. Tak lama kemudian, tiba- tiba saya mengingat keadaan keluargakau, yang pernah mengalami kesushan yang bisa di katakan lebih parah dari pengemis dijalan.
Ya Allah, saat ini saya jauh dengan orang tuaku, beda dengan beberapa bulan lalu yang tinggal bersamanya dan mengetahui keadaanya, saat ini tidak ya Allah, tetap lindungi keluargaku dan berikanlah rezeki yang banyak kepadanya “doaku tiba-tiba kepada Allah”.
Setelah melihat orang yang seperti itu, apa yang akan kalian lakukan wahai saudaraku yang mempunyai harta yang berlimpah. Suatu saat nanti ada saatnya kalian ingin bersedekah tapi tidak ada lagi orang yang ingin dsedekahi. Segerahlah bersedekah saudaraku jika mempunyai harta lebih, sesungguhnya semua itu tidak sia-sia. Selain mendpaat amal juga para malaikat akan berdoa agar semua yang di sedekahkan itu agar digantikan dengan rezeki 2 kali lipatnya. Sungguh doa malaikat yang tak pernah tidak terkabulkan.
COBA RENUNGI SEMUA ITU TEMAN – TEMAN SEKALIAN, DAN COBA BAYANGKAN KALIAN YANG BERADA DIPOSISI MEREKA.
0 komentar:
Posting Komentar