selamat datang di blog ini semoga anda bisa menikmati isi blog ini yang akan selalu up date buat anda dan saya pribadi berbagi informasi dan karya bersama aim juga membuka kesempatan buat anda untuk menampung karya anda dalal bentuk file maupun tulis tangan berupa puisi, cerpen dll menunggu anda setiap saat anda juga bisa menikmati musik dan masih banyak yang lainnya

Rabu, 22 Juni 2011

ADIKKU SAYANG



Seorang kakak yang mempunyai banyak seorang adik, dan hidup dikeluarga yang susah namun tetap syukur dengan keadaannya. Seorang kakak yang masih sekolah, ayah yang sakit-sakitan dan mengharapkan makan dari hasil pekerjaan Ayah. Ketika Ayah yang seorang kepala keluarga tak kerja, maka tidak ada lagi yang bisa di dapatkan sang ibu untuk masak dan keperluan lainnya.
Kakak selalu asyik dengan keadaan, didepan keramaian orang. Tapi asalkan kalian tau adikku, saya selalu memikirkan kalian, gimana kabar kalian saat ini ? itu pertanyaanku adik. Adik pertama sekarang sudah tidak tinggal dinenek lagi dan ikut bersama om yang katanya untuk sementara membantu om bekerja. Tapi apa engkau adikku yang pertama meninggalkan nenek yang tinggal sebatang kara dikampung, tidak ada siapa-siapa lagi yang menemaninya. Saya tidak bisa memarahimu lagi adik, kamu sudah besar dan sudah tau dengan apa yang terbaik yang harus kamu lakukan. Kamu sudah SMA, bukan anak-anak lagi bagiku, semua tindakanmu pasti sudah kamu fikirkan dengan baik.
Nenek yang kamu tinggalkan entaha apa yang terjadi padanya tidak ada lagi yang akan kasi kabar. Adik kedua, terpaksa engkau adikku perempuan satu-satunya harus hentikan sekolahmu dikota dan berangkat kekampung menemani nenek karena nenek tidak mau kekota, dia harus tetap dikampung. Maavkan kakakmu ini adik, saya tidak bisa berbuat apa-apa untuk semua ini. Berangkatlah dik, buatlah yang terbaik pada nenek, janganlah engkau buat nenek marah sedikit pun karena saat ini nenek sangat sensitif setelah ditinggalkan oleh kakek, anak bungsunya dan ayahnya dalam waktu berdekatan “ucapku pada adik sambil mengelus kepalanya”.
“Iye kaka” ucap adik perempuanku satu-satunya sambil menangis
“kau junganko nakal disana”
“iye”
“berhentimako nangis de’, seringjako na jenguk mama itu, nasekolakanjako juga nenek itu disana”
“iye, pergima pale”
“iye de’, hati-hatiko na”
Sang adik perempuanku berangkat dan diantar oleh ibuku menuju terminal, sesampai diterminal, adik akan ditinggal dan hanya dititp dimobil panter yang selalu masuk di kampung nenek. Adikku yang baru duduk dikelas 5 SD berangkat dari kota Makassar menuju kampung di Bantaeng sendir. Saya selalu berdoa agar dilindungi dijalan, adikku yang sangat nurut dengannku dan saya sangat menyayanginya dan harus pisah dan kemungkinan hanya bisa bertemu pada saat liburan. Saya pun langsung telfon orang yang ada di kampung untuk suruh kabari kami semua setelah adik sampai disana.
6 jam keberangkatan adik dari rumah, saya masih duduk di depan televisi memikirkan adik sambil memusatkan pandangan ke tv. Ibu dan 2 adik kecilku sedang baring sambil nonton sinetron yang sangat tidak saya suka, tapi pandanganku tetap saja di tv. Kenapako? “ibuku nanya heran karena tiba-tiba keliatan suka dengan sinetron yang biasanya nda saya tonton.
“tidakji” jawabku kembali pada ibu dengan wajah yang tetap muram
“balle-balleko, kenapa kau liaki terus itu masuk tv na perasaan tidak nusuka sekali film beginianka”
“adikku ma, bagaimanami itu kodong, sedih sekali kuliat tadi”
“ah, tidakjie itu. Enakji nanti narasa itu dikampung, banyakji temannya”
“bukan ituna mama, kaya berat sekali narasa pisah sama kita kulia’ tadi menangis teruski kodong”
“maumi diapa, kau mau disuruh pulang namaraijako nenek, ka kau mami itu na pa’mati-matian nacarikan uang untuk kulianu, jadi janganko kecewakanki”
“tapi kukecewakanmi ini mama, ka kuliaka tidak ada sama sekali kutau kuliaku”
“apajie pale nubikin pergi setiap hari kuliah na tidak adaji nutau?”
“tetapja kulia kodonk, tapi tidak ada kumengerti. Itumi biasa lamaka pulang dirumah ka biasa organisasiku kuurus. Itu mamai ku andalkan untuk kerjaanku nanti kalau luluska kuliah, bukan hasil pelajaranku kuandalkan ka kurasakanmi”
“terserah kauji na’, yang penting kau harus bahagiakanki nene’nu sebelumna meninggal”
“iye mama, insya Allah doakanq nenek supaya panjang umurq”
“iyo baa, janganmako dulu fikirka saya kala kerjamako nanti, nenekmumo dulu”
“iye mama”
Triiiiing, “deringan telfon dicelanaku”, ternyata orang di kampung yang nelfon.
“halo, assalamu alaikum” ucapku dalam telvon
“waalaikum salam, sampaimi adeknu disini”
“ow, syukurmaki pale itu kodonk”
“iyo, sudami pale na!”
“iye pale”
“assalamu alaikum”
“waalaikum salam warahmatullah”
Saya sangat senang mendapat berita itu kalau adikku sudah sampai dengan selamat. Saya langsung sms adik pertamaku yang saat itu lagi ikut kerja bersama om sepupu dari ibuku. “dek, cepakko kembali nanti temani nenek, ade itu kesana temani ka kau pergiko bede, tapi rencana maumi dikasi tinggal ade disana sekolah”. Adik pertamaku pun langsung menjawab “mauka kerja disini, adami juga ade natemani disana to, mauka juga berhenti sekolah”.
Mendengar sms itu, saya yang tadinya bahagia karena adik perempuanku sudah samapai dengan selamat, langsung sedih lagi dengan pernyataan adik pertama. Saya tidak bisa marah lagi ade, kamu sudah besar, kenapa kamu berhenti sekolah padahala kita semua harapannya mama sama nenek yang saat ini ayah sedang sakit dan tidak bisa bekerja lagi, “ucapku dalam hati”
Ya Allah apa yang harus kuperbuat, berikanlah petunjuk kepada hambamu ini ya Allah, “pintaku kepada Allah dalam hati”.
Beberapa hari berlalau, ayah semakin parah dan memang susah untuk bekerja lagi. Akhirnya Ibu memutuskan untuk ikut di adek pertama yang saat itu sudah kerja, karena ayah tak bisa bekerja lagi. Ibu pun meninggalkan kota Makassar dan menuju Kota Pangkep yang hanya melewati satu Kota dari Makassar. Saya tidak ikut mengantar Ibu saat dia pindah karena banyak kesibukan di Kampus, saya hanya nitip salam sama adik dan akan nyusul nantinya.
Setelah itu, semakin pusing saya, yang sebenarnya saya mau kembalikan adikku untuk sekolah lagi tapi ternyata tidak bisa. Ibu pun terdesak untuk tidak menyuruh adik tetap sekolah dan bahkan dialah yang menjadi tulang punggun keluarga, yang mencari makan untuk 2 adikku yang masih kecil dan ibuku. Adikku yang sebenarnya masih belum waktunya bekerja dan menjadi tulang keluarga, tapi semua itu harus dilakukan dan bahkan kebahagiaan baginya yang memang sangat butuh dukungan dari orang tua masalah kerjanya dan kebebasannya.
Adikku ini memang nakal dan selalu butuh kebebasan bahkan ngerokok. Ya Allah, cobaan apa semua ini? Saya seakan kakak yang tak berguna, anak yang pertama tapi tak bisa berbuat apa-apa “kembali lagi saya berdo’a kepada Allah dalam hati”. Semuanya saya rasa serba salah, saya marah dengan adikku yang meninggalkan sekolahnya tidak bisa, saya harus hentikan kuliahku pun tidak bisa karena seluruh keluargaku akan marah ketika saya menghentikannya. Mereka bilang sayalah harapannya, sebagai cucu tertua dan ibu yang hanya 2 bersaudara karena 2 saudaranya sudah meninggal. Nenek sangat sayang sama saya dan apapun dilakukan demi kelancaran kuliahku. Apakah saya tega menghentikan semua ini? “tanyaku pada diri sendiri”.
Saya pun memutuskan untuk tetap kuliah dan mengatakan sesuatu disaat itu.
“dulu saya dan keluarga tinggal sama-sama, minta uang setiap hari ketika berangkat kuliah. Sekarang kami sudah pisah, ini kesempatanku untuk tidak terlalu banyak membuat orang tuaku susah dengan cara tidak terlalu banyak meminta uang kepadanya. Saya akan berusaha sendiri untuk mencari uang dikampus, saya pasti bisa melakukan semua itu”
“adik perempuanku harus tetap sekolah sampai akhir dan saya berjanji saya akan menguliahkan dia”
Kedua kaliamat yang panjang itu terucap oleh mulutku saat itu.
Saya pun mencoba melakukan kalimat pertama, ternyata saya bisa melakukannya. Saya hidup dikampus yang mau dibayarkan uang kost tapi tidak mau, karena kebanyakan nginap di UKM ataupun Himpunan. Saya harus pergunakan fasilitas itu, dihimpunan masak sama teman-teman, itu suatu pengiritan menurutku yang hanya beli tempe tahu setiap malamnya 5000 rupiah sudah makan banyak orang.
Saya pulang dan kerumah Ibu hanya sekali sebulan dan Cuma minta uang 50rb keculai ada yang harus saya duiti, saya minta paling banyak 100ribu dalam sebulan itu. Itu semua dari adik saya. Kumemang kakak yang tak berguna saat ini, tunggu dik pasti saya bisa membuat kalian semua bahagia. Tidak ada yang bisa saya banggakan dikuliahku tapi saya selalu mengasa bakat saya melalui organisasi-organisasi yang ada. Hanya itulah harapanku kedepannya.
SEMANGAT ADIK-ADIKKU
KAKAK SAYANG PADAMU

0 komentar:

Posting Komentar